Monday, April 2, 2012

reminiscing

i love opening up old stuffs. ambil contoh, binder lama. binder lama waktu SMA. membaca-baca binder lama waktu SMA serasa dibawa ke dimensi waktu yang berbeda. serasa kembali ke Batam saat saya membaca tulisan-tulisan agnes remaja yang labil dan suka-sukaan sama si cowok ini dan itu. halaman pertama dibuka, ada jadwal mata pelajaran senin-sabtu. halaman kedua, list tugas-tugas dan to-do-list (iya, dari dulu udah pelupa, jadi butuh to-do-list). halaman-halaman berikutnya, semacam surat-suratan sama temen-temen jaman SMA karena ga boleh ribut di kelas. terus ada curhatan-curhatan najis yang disertai gambar hati dan ejaan-ejaan seperti "akuh", "kamuh", "kamoh", dan... holy mother of naked cupid, bahkan ada kata-kata "keluar dong dari pikiran aku". 

well, anyway, yang seperti di atas itu, it's amusing to look back at. 

tapi tidak semuanya dari memori masa lalu itu menarik untuk diungkit-ungkit. yah, semua orang pasti pernah berada pada titik yang rendah dalam hidup mereka. begitu juga saya. ada masa-masa dalam hidup saya yang tidak begitu menyenangkan. bukan sepenuhnya berkaitan dengan diri saya, bukan. tapi berkaitan dengan orang-orang yang ada di sekitar saya, yang berpengaruh pula pada saya. 
tulisan-tulisan mengenai titik tersebut juga berada di binder yang sama, namun dirobek, dilipat, dan diselipkan di halaman paling terakhir. paling belakang. tulisan-tulisan berbekas air mata. tulisan-tulisan yang bisa saya ingat jelas kondisinya ketika saya menulis tulisan tersebut. hahaha. bukan tanpa alasan tulisan-tulisan itu saya robek dan saya lipat kecil-kecil dan saya simpan di halaman paling belakang. 
saya bukan berusaha menghapus memori, bukan karena memori tersebut terlalu berharga, tapi karena mustahil dan sia-sia. mau saya robek tulisan tersebut dan saya bakar hingga menjadi abu pun, memori-nya tetap akan ada di kepala saya.
it's all part of growing up, itu yang saya batinkan saat membuka lipatan kertas tersebut dan membaca ulang isinya. dulu, ketika menulisnya, saya menangis. sekarang saat saya membacanya ulang, saya tersenyum. toh semuanya sudah berlalu. 
memori itu, tulisan di halaman belakang itu, saya jadikan pembelajaran. saya jadikan alasan untuk bersyukur. saya jadikan pengingat. membuat saya bersyukur saya masih memiliki kertas dan pulpen untuk dijadikan pelarian. tak satu makhluk bernafas pun yang tahu perasaan saya. hanya kertas dan pulpen itu. tulisan itu mengingatkan saya, betapa menulis bisa membantu seseorang tetap waras. tidak akan ada The Diary of a Young Girl jika Anne Frank tidak menulis untuk membantu dirinya tetap waras selama dalam persembunyian. tidak akan ada Tetralogi Buru jika Pramoedya Ananta Toer memutuskan untuk menghabiskan waktunya sebagai tahanan dengan rasa putus asa atas ketidakadilan yang ada. memang kondisi saya saat itu tidak ada seupil-upilnya jika dibandingkan dengan kondisi Anne Frank maupun Pram. tapi bukan di situ intinya. 

intinya : kertas, pulpen, oh, dan tentu saja, faith. harapan. iman. too cliche, i know, but they helped. at least to me. 

2 comments: