Wednesday, May 12, 2010

Si Penggali

Ia ingin berdendang tentang nyanyian tujuh bidadari
ia ingin menuliskan impian sang mentari
ia ingin berceloteh dalam bahasa ceria sang pelangi

Sungguh tak terkata, ia ingin bahagia.

Apa daya, yang bisa ia terima hanyalah nyanyian miris sang penggali kubur,
angan berlebih si tukang mimpi,
dan bahasa palsu si munafik.

Bidadari yang ia nanti tak kunjung berkunjung
ketukan di pintu hati tak pernah ia dengar
mentari pun tak menepati janjinya untuk bertandang dan berdendang bersama
selamanya ia gelap gulita menanti terang sang sahabat.

Bahasa pelangi terlalu tinggi adanya, otak berkaratnya tak bisa memahami sepatah katapun yang pelangi bisikkan.
apa itu merahjinggakuninghijaubirunilaungu?
mejikuhibiniu?

tidak, ia tak mengerti.
yang ia pahami hanya hitam dan abu- abu,
melebur dalam saratnya debu di relung hati terdalamnya,
sebuah ruang kotor yang mendamba kibasan sapu di setiap ujungnya

Ia menggali kubur sambil bermimpi tentang kemunafikan dunia yang nyata.
berharap bisa mendorong tiap cerca, cela, tatap hina, dari tepian tanah menuju kubur gelap yang ia gali dengan jerih payah, keringat, dan darah.

tapi ia tahu,
bidadar, pelangi, dan mentari belum tentu akan melejit datang hanya jika sepetak kubur telah ia penuhi dan kidung duka telah ia senandungkan.

Karenanya ia terus menggali.

3 comments: