i don't want to grow old. i don't want to see changes. i don't want to be the mature one when they're eventually back to being immature. i'm not ready to witness them losing their memories, not wanting to see them being powerless yet, not ready to see them being unreasonable.
i still need somebody to lean on, not being somebody to lean on. still want to cry on their shoulders, not the one wiping tears off their cheeks. i still want to spit out complains and confide, not listening to complains and being the confiding place.
if only life comes with a remote and we could pause time from rolling -- for i don't want to grow up just yet, and i don't want them to be old just yet.
Tuesday, June 19, 2012
Sunday, April 22, 2012
Saturday, April 14, 2012
menuju presipitasi
aku pernah berlomba dengan awan. melihat air siapa yang akan menyentuh tanah duluan.
perlombaan ini tidak memberi penghargaan dan prestise bagi yang terlebih dahulu menyelesaikan, tapi yang paling terakhir meninggalkan. air siapa yang akan menyentuh tanah duluan: air hujan? atau air dari mataku? yang menang adalah yang terakhir menyentuh tanah. yang mampu bertahan menahan beban.
awan telah menahan beban itu lama, mungkin lebih lama sebelum aku. sepanjang hari memang sudah panas. panas memancing evaporasi, memberi beban kondensasi pada awan. beban tersebut semakin berat bagi awan, dan awan mulai terlihat kelam. kelabu. ia tahu, sebentar lagi airnya akan jatuh. tapi ia masih menunggu. menunggu aku, saingannya, yang nun jauh di bawah sana sedang menahan beban pula.
tapi aku lebih lemah dari awan. tak seperti awan yang telah menahan bebannya sepanjang hari akibat panasnya lecutan matahari atas bumi, aku baru mendapat bebanku tiga menit yang lalu. tiga menit yang sudah cukup membuatku mendeklarasikan tantangan pada awan, adu ketahanan. tiga menit yang mengandung kecupan di pipi, yang mau tidak mau harus aku saksikan secara langsung, bagaikan menonton layar tancap. kecupan itu sekilas, hanya lima detik. sisanya adalah seratus tujuh puluh lima detik yang mana aku termenung, sementara beban semakin berat menguap di dadaku, memaksa air di mataku untuk menyentuh tanah.
waktu berlalu, dan baik aku maupun awan masih bertahan. masing-masing dengan beban kelabu yang terasa semakin berat. awan, dengan beban yang ia tahan sepanjang hari -- dan aku, dengan beban yang kutahan selama tiga menit terakhir. seharusnya awan mendapat nilai plus, karena menahan sebegitu lamanya. karena menunggu sampai tanggal hendak berganti. sementara aku yang hanya bertahan tiga menit, dengan sombongnya menantang awan.
tapi ini perlombaan yang ditentukan oleh air siapa yang jatuh paling terakhir. bukan beban siapa yang paling lama ditahan. titik. maka aku dan awan pun tetap bertahan, meskipun awan mulai geram. tak tahan menahan beban, ia pun menggerutu. aku bisa mendengar gerutunya, bumi bisa mendengar gerutunya. gerutu yang membuat temanku menutup telinga dan memekik kecil. temanku tidak tahu, awan sedang kesal karena harus bersaing dengan makhluk mortal sepertiku. temanku tidak tahu, awan sebenarnya hampir kalah dariku. di detik itu ia hampir menjatuhkan harga dirinya, menjatuhkan airnya hingga menyentuh tanah duluan. temanku tidak tahu bahwa ----
"saya bersedia."
sepuluh detik kemudian terdengar bunyi gemuruh, disusul bunyi air yang tercurah deras dari langit. "yah, hujan..." celetuk temanku.
awan sudah menangis. airnya menyentuh tanah, membasahi bumi. beban yang ia tahan sepanjang hari berhasil pula ia keluarkan pada akhirnya. tapi awan tak peduli. karena ia menangis sepuluh detik setelah "saya bersedia", tapi aku menangis tiga detik setelah rangkaian kata yang sama. tiga menit kecupan di pipi, tiga detik ucap janji. tiga insan yang emosinya bergejolak, satu pecundang.
aku pernah berlomba dengan awan. melihat air siapa yang akan menyentuh tanah duluan. tebak siapa yang kalah?
------
*) presipitasi : produk dari kondensasi uap air di atmosfer; terjadi ketika atmosfer menjadi jenuh dan air terkondensasi dan keluar dalam bentuk hujan/ ter-presipitasi.
Friday, April 6, 2012
one of many reasons
i was about to watch some more episodes of how i met your mother, when all of a sudden, i remembered the long waiting list of assignments and (impromptu) take home tests waiting to be done.
and so, a monologue occurred between the natural procrastinator i am, and the punctual-organized nazi i expect myself to be :
probably not the most reasonable explanation, but it's not procrastinating. my brain only works when it's after 12.00 AM.
yeah right. you think i would buy that?
it's purely the love of adrenaline rush when facing deadlines.
not reasonable enough. still sounds hardly convincing.
so i have this newly discovered thing--disease--that basically deprives my focus and attention from the errands and assignments.
sounds pretty much the same like the internet.
damn it i'm running out of reasons. i gotta go back to reason number one. it explains everything.
it explains illogically. seems like one must admit that she is a procrastinator. a big. fat. one.
carpe diem, my friend? seize the day?
bitch get on your scripts and papers already.
and, so, people, the procrastinator-i-am won. that's why this is up on your recent posts. if the organized-nazi-i-expect-myself-to-be won, this wouldn't be here, and that long list of assignments might as well be resting in peace.
but nay. up to now, three college assignments, two take home tests, and a bunch of english club revision homework.
so much for seizing the day.
sampai ku besar nanti.
sampai ku besar nanti, sampai aku mati, ku kan ingat selalu, Yesus sahabatku dan Tuhanku...
first, let me tell you something. i woke up this morning feeling no lazier than a grizzly bear in hibernation. ibadah jumat agung yang mulai jam 10.00, dan gw baru bangun jam 9.20. ngulet-ngulet lagi di kasur, jadilah gw baru bangun jam 9.30. mandi dulu dan siap-siap blah blah blah, jadilah gw baru berangkat jam 10.00, dan sampai di gereja jam 10.15. telat. gereja penuhnya udah kayak midnight sale (sotoy. padahal gak pernah ikutan midnight sale). gw hampir ga dapet tempat duduk dan hampir disuruh duduk di ruangan "khusus orang telat" -- ruangan kecil yang ada layar LCD proyektornya, jadi gw bisa tahu apa yang terjadi di dalam ruang kebaktian. ternyata punya ternyata, ruangan "khusus orang telat" itu juga penuhnya kayak pemutaran perdana film Harry Potter di bioskop-bioskop kesayangan (lagi-lagi sotoy. wong selalu nonton pas udah mau diturunin posternya).
seorang usher berteriak-teriak, "masukin ruang kebaktian aja, masukin ruang kebaktian aja!"
gw mulai merasa seperti barang yang dioper-oper di terminal pelabuhan.
akhirnya, gw dan beberapa orang lain yang sudah super-telat sampe gak bisa masuk ke ruangan "orang telat" pun diperlakukan khusus. kita dimasukin ke ruang kebaktian yang sebenernya juga udah penuh. seorang usher mengajak gw keliling ruang kebaktian, mencari-cari satu kursi kosong. miraculously, usher itu menunjuk kursi kosong tepat di sebelah ryska, temen gw, yang sebenernya janjian bareng buat gereja jumat agung, tapi sayangnya, batre bb gw abis dan lupa ngecas, jadi dia sms, telpon, bbm, ngePING dan ngapain pun gak ada yang nyampe ke gw.
ryska memandang gw dengan pandangan lo-kemana-aja-nyet-dibbm-kaga-bisa. gw menatap dia balik dengan tatapan batre-bb-gw-abis-jadinya-off.
okay i'm rambling as usual. anyway, kebaktian berlanjut. ngantuk-ngantuk gw masih bersisa, berhubung gw bangun sedikit terburu-buru dan tidur gw cuman bentar karena begadang kemaren malemnya. sampai tiba-tiba, setelah satu lagu pujian dilantunkan, lampu meredup. orang-orang berbaju hitam bersarung tangan glow in the dark tiba-tiba berbaris di depan. ternyata mereka anak-anak sekolah minggu beserta gurunya yang mau mempersembahkan lagu "Yesus Sahabatku" dengan hand gesture.
lagu dimulai, instrumen mengalun, gw langsung berbisik pada ryska, "mampus. ini lagu favorit gw banget waktu masih di sekolah minggu". ryska mengangguk, ternyata ini juga lagu favorit dia.
gak perlu waktu lama sampai akhirnya pipi gw tiba-tiba basah. pandangan gw kabur. air mata turun begitu aja tanpa terkontrol dari mata gw. plus gw lagi pilek, jadi gw yakin gw yang paling berisik. gw tahu orang-orang lain juga banyak yang terisak, ryska juga, tapi perpaduan ingus dan air mata gw menghasilkan bunyi-bunyian yang, well, agak menarik perhatian.
Yesus sahabatku, Kau mati bagiku, besarnya kasihMu, sahabat dan Tuhanku...
Sampai ku besar nanti, sampai aku mati, ku kan ingat selalu, Yesus sahabatku dan Tuhanku...
i burst into tears, right away.
lagu itu simpel saja, liriknya pun memang ditujukan untuk anak-anak. tidak ada kalimat berbunga-bunga. instrumen yang mengiringi sangat minim, bukan full band seperti dalam beberapa gereja yang bisa membuat emosi seseorang membuncah. tapi lagu itu mampu membuat air mata gw terjun bebas.
sebenarnya simpel. gw teringat diri gw waktu masih kecil dulu. agnes kecil yang sangat mencintai Tuhan, yang mencoret-coret alkitabnya dengan tulisan "I love Jesus" atau "Mazmur 23" atau "John 3:16" atau hanya inisial- inisial "JC". agnes kecil yang dulu melantunkan lagu itu dengan semangat di sekolah minggu serta dengan pelan dan sumbang sambil berlutut di samping tempat tidur ketika malam hari. agnes kecil yang pernah iseng menyanyikan lagu itu dan merekamnya dengan kaset lagu klasik milik ayahnya.
kemana agnes yang itu?
kemana agnes yang dulu berkata, "sampai aku besar nanti aku tidak akan lupa Yesus adalah sahabatku"?
karena sekarang, agnes yang besar ternyata sudah lupa. agnes yang besar sudah malas. agnes yang besar terlalu merasa diri hebat dan pintar dan kuat. sampai-sampai agnes yang besar lupa kata-kata yang ia nyanyikan dulu, dengan tanpa beban, ku kan ingat selalu, Yesus sahabatku dan Tuhanku...
i may not be the most faithful person ever, i don't act according to how christians should behave nowadays. i skip church sometimes. i forgot to pray when i'm really hungry. i curse. i lie. i think bad about others. i gossip. i may even be that person who's not really into religion institutions, but i am still that very same person who once sang, Yesus sahabatku...
gw bingung. penampilan anak-anak sekolah minggu dengan suaranya yang khas anak kecil -- melengking, sedikit sumbang, dan ketika nada meninggi suaranya mulai falset -- itu menampar gw bolak-balik. kiri-kanan bawah-atas. anak-anak kecil yang sebenarnya melantunkan kata-kata "Yesus sahabatku dan Tuhanku" itu, seolah malah bertanya ke gw,
where have you been?
---
.
saya kembali dihadapkan pada pertanyaan itu. ekspresi wajah itu, yang membuat saya berpikir kembali akan pilihan saya. menggelitik saya untuk bertanya pada diri saya sendiri, "kamu yakin?"
kamu yakin kamu baik-baik saja?
kamu yakin kamu tidak bermasalah dengan kondisi yang ada?
ya, pertanyaan seperti di atas, terkadang lebih variatif tergantung kata apa yang sedang ingin saya gunakan, tapi intinya tetap sama. pertanyaan di atas yang muncul dari satu pertanyaan lain sebelumnya, yang saya jawab dengan jawaban sekenanya dan sebiasa mungkin, disambut dengan ekspresi dan respon yang berusaha saya hindari. respon yang membuat saya kembali mempertanyakan pilihan saya. kenyamanan saya.
kebodohan saya?
lalu saya dibiarkan sendiri dengan pikiran saya. saya sedikit takut, kalau boleh saya bilang begitu. terkadang apa yang ada di pikiran saya berbeda dengan apa yang saya inginkan. ia terlalu jujur, sementara saya tidak selalu menginginkan kebenaran. tapi pikiran saya tidak bisa diatur. ia terlampau keras kepala dan independen. meskipun saya tidak ingin menjawab dengan "yakin" maupun "tidak", toh saya tetap dibawa kepada...
"kamu yakin?"
saya hanya bisa terdiam. termangu. seperti orang bodoh yang pikirannya kosong.
apakah saya yakin? kalau tidak, mengapa saya tidak melakukan sesuatu? mengapa saya nyaman-nyaman saja berada di satu titik yang sama? dan kalau yakin, mengapa sulit sekali bagi saya untuk mengangguk dan menjawab pertanyaan sederhana itu?
pada akhirnya, saya tidak menjawab pertanyaan tersebut. saya biarkan menggantung.hingga saya mengetik tulisan ini pun, pertanyaan tersebut masih mengawang di langit-langit pikiran saya. saya biarkan. saya tinggalkan. saya lari. seperti seorang anak kecil pengecut yang tidak berani menghadapi monster di dalam lemarinya, saya lari. semata-mata karena saya takut akan kejujuran.
Gara-gara Endah N Rhesa
when you love someone, just be brave to say that you want him to be with you.
when you hold your love, don't ever let it go, 'cause you will lose your chance to make your dreams come true...
setelah lama absen dari playlist lagu saya, saya kembali mendengarkan lantunan lagu ciptaan Endah N Rhesa ini. tidak sengaja, sebenarnya. berawal dari youtube walking, yang membawa saya pada link video clip lagu ini. entah mengapa, mendengar lagu ini, berbagai memori terangkat kembali. sungguh, pernahkah kamu berhenti dan berpikir, betapa ajaibnya musik itu? betapa magisnya lirik dari sebuah lagu? komunikator ulung yang memikat hati. bagaimana ia mampu membuka kotak pandora yang sekian lama berusaha disimpan, in order to move on, dan dengan seenak hati memutar kembali kenangan yang ada. memutar kembali penyesalan yang telah lalu.
sekeras apa pun anda berusaha untuk membekukan hati dan pikiran anda,
seteguh apa pun anda pada pendirian anda untuk tidak terperangkap pada masa lalu.
toh kotak tersebut dengan gampangnya terbuka dengan alunan nada dan lantunan lirik sederhana yang mengena di atas itu.
saya sendiri, sesungguhnya, tidak mempunyai banyak kenangan dan memori pahit yang perlu disimpan. tidak ada kenangan manis pula yang perlu saya ingat-ingat di masa depan sambil tersenyum. hidup, bagi saya, adalah sebatas apa yang ada hari ini. hidup, bagi saya, adalah semua ranah pengalaman kecuali yang satu itu.
when you hold your love, don't ever let it go, 'cause you will lose your chance to make your dreams come true...
setelah lama absen dari playlist lagu saya, saya kembali mendengarkan lantunan lagu ciptaan Endah N Rhesa ini. tidak sengaja, sebenarnya. berawal dari youtube walking, yang membawa saya pada link video clip lagu ini. entah mengapa, mendengar lagu ini, berbagai memori terangkat kembali. sungguh, pernahkah kamu berhenti dan berpikir, betapa ajaibnya musik itu? betapa magisnya lirik dari sebuah lagu? komunikator ulung yang memikat hati. bagaimana ia mampu membuka kotak pandora yang sekian lama berusaha disimpan, in order to move on, dan dengan seenak hati memutar kembali kenangan yang ada. memutar kembali penyesalan yang telah lalu.
sekeras apa pun anda berusaha untuk membekukan hati dan pikiran anda,
seteguh apa pun anda pada pendirian anda untuk tidak terperangkap pada masa lalu.
toh kotak tersebut dengan gampangnya terbuka dengan alunan nada dan lantunan lirik sederhana yang mengena di atas itu.
saya sendiri, sesungguhnya, tidak mempunyai banyak kenangan dan memori pahit yang perlu disimpan. tidak ada kenangan manis pula yang perlu saya ingat-ingat di masa depan sambil tersenyum. hidup, bagi saya, adalah sebatas apa yang ada hari ini. hidup, bagi saya, adalah semua ranah pengalaman kecuali yang satu itu.
Subscribe to:
Posts (Atom)