Sunday, November 7, 2010

curhat doang - sesi II

kali ini, tercatat:
1:54 AM
7 Nov 2010
'Ruang umum' kosan dayung raya. di sebelah galon yang airnya terlalu cepat habis karena selalu ditampung para penghuni kosan. berdua bersama manusia bernama Idul Futra yang lagi mengerjakan tugas (?) agamanya.


saya sendiri, sedang mengerjakan tugas SHI saya. Sistem. Hukum. Indonesia. tugas kali ini adalah membuat essay mengenai kebebasan pers. Saya pun mulai mencari-cari kasus pers apa yang kira-kira menarik dibahas dengan sudut pandang hukum. sejujurnya, saya baru saja recovery dari kenistaan efek samping dari UTS yang lalu. apa daya, saya diingatkan kembali akan adanya kenistaan lain yang mengambil rupa: TUGAS SHI. jengjengjengjeng.


melihat-lihat kasus kebebasan pers yang ada, berarti melihat-lihat juga kenyataan mengenai penindasan pers, penganiayaan pers, dan lain lain, berarti juga membuka mata kepada konsekuensi menjadi seorang jurnalis di masa depan.


anyway anyhow, di tengah-tengah usaha saya memahami kasus A.A Gede Bagus Narendra Prabangsa ataupun kasus Fuad Muhammad Saffrudin, ataupun UU KUHP dan tetek bengek hukum lainnya, saya terpikirkan akan memunculkan sebuah karakter fiktif.

presenting, seorang jurnalis labil bernama Nini (i have no idea how i came up with that ridiculous name). Nini adalah seorang fresh graduate jurusan Ilmu Komunikasi-Jurnalistik dari salah satu universitas ternama (?) yang terletak di suburban Jakarta, yang (katanya) merupakan anak dari sebuah perusahaan penerbitan besar di Indonesia serta (katanya) mempunyai rektor seorang fisikawan terkenal.
okay, enough with the sarkasm.


berikut ini adalah komentar-komentar labil Nini saat lulus dan hendak menapaki dunia jurnaslitik profesional.


komentar 1: Aduh, serem ya jadi jurnalis, sering jadi target pembunuhan, hiih (sehabis mengerjakan tugas essay SHI mengenai pembunuhan dan penganiayaan wartawan)
komentar 2: Aduh, males juga deh kalo tengah malem gitu gue disuruh ngeliput. apalagi sendiri. haduh. 
komentar 3: Aduh, gila juga kali ya, gue bisa item lama-lama kalo harus ngeliput pas siang-siang terik gitu kaan. haduh.
komentar 4: Aduh, gue gak bisa dong dituntut untuk bikin berita dalam waktu beberapa menit doang.
komentar 5: Aduh, panas ah berdesak-desakan di tengah-tengah wartawan lain. pengap.
komentar 6: Aduh, kalo gue lagi PMS gimana? gue gak bisa ngapa-ngapain kalo lagi PMS, bawaannya mau tidur mulu.
komentar 7: Aduh, kalo gue lagi ngeliput terus digodain cowok iseng gimana? aduh.
komentar 8: 


kayaknya perlu saya hentikan sampai komentar 7, sebelum karakter Nini saya menyulut emosi orang-orang yang membaca. (ya, saya yakin, karakter saya itu sangat menyebalkan dengan segala ke-haduh-haduh-annya itu. saya aja yang ngetik sebel.)


akhirnya, Nini tidak tahan dan merasa tidak kompeten untuk menjadi jurnalis, maka ia pun memutuskan untuk menjadi akuntan di perusahaan keluarganya. (tidak ada maksud menghina profesi tertentu ya)
the end.


apasih? pasti banyak yang menaikkan alis, mengembangkan hidung, mencibir, mengernyitkan dahi, lalu menggelengkan kepala sehabis membaca tulisan saya ini.
wajar.
karena itu juga reaksi saya saat membaca ulang tulisan ini.
tapi saya butuh pelampiasan karena penat belajar, dan for the record, karakter Nini itu tidak mencerminkan saya ya. oh no, itu cuma hasil imajinasi saya (yang dangkal).


anyway, back to work.
essay saya baru mencapai satu halaman dari tiga halaman yang seharusnya.
huh-hah-huh-hah!

No comments:

Post a Comment