Wednesday, September 21, 2011

Laptop.

berhubung secangkir kopi sudah dibuat, aku memutuskan untuk duduk. mengambil posisi terenak untuk kembali mengumbar rindu padamu, tempat pembuangan emosi dan rasa.
rindu pada malam-malam larut dimana hanya kamu dan aku yang hidup, aku mencurahkan semua pikiranku dan kamu mendengarkanku dengan sabar, tak bersuara karena kamu tak perlu begitu.
kamu yang membutuhkan aku untuk tetap eksis, dan aku yang membutuhkan kamu untuk tetap berada di batas kewarasan dan kewajaran.
kamu yang membuat aku seringkali mendapat label introvert. tertutup. tapi mau kemana lagi aku pergi? hanya kamu dan secangkir kopi ini yang mau mendengar tanpa membantah. tanpa mengomentari. tanpa menghakimi.
karena kamu tahu kan, terkadang yang kita perlukan bukan nasihat, tapi telinga yang mau mendengar. toh terkadang sepi jauh lebih baik daripada ramai. meski terkadang ramai itu dibutuhkan juga, ketika sepi melampaui batas wajar dan waktu.

tempat sampah.
itu yang seringkali lebih dibutuhkan. tapi manusia cenderung terlalu sok tahu dan peduli untuk memberi komentar dan menggunakan mulutnya, tak mengindahkan telinga yang sebenarnya siap sedia.
dan aku tak perlu mulut saat ini, hanya telingamu dan kesunyianmu yang membius.
sementara aku mencurahkan semua yang tak terbendung, dan kamu terdiam. ditemani secangkir kopi, jarum jam yang terus berputar, dan senandung lagu yang terkadang kau utarakan karena permintaan dariku.

setia.
membisu.
saat ini kau yang kubutuhkan.
tapi jangan kira kau selalu menjadi kebutuhan.

satu permintaanku saat ini, tolong jangan rusak lagi,

laptop.



Thursday, July 21, 2011

eh patah hati lagi

cinta.
c i n t a .
c  i  n  t  a  .
c   i   n    t    a    .

coba uraikan huruf-huruf itu. pisahkan hingga berjauhan, sejauh mungkin.
ya, lebih jauh lagi.
lagi.
terus, sampai kau tak bisa melihat ujungnya, sehingga kau tak usah rampung membacanya,

sehingga kau tak perlu memahaminya.


cintacintacintacintacintacintacintacintacintacintacinta.

coba ucapkan berulang kali kata itu. sampai lidahmu kebas,
sampai cinta itu hanya menjadi sebuah kata aneh yang pengucapannya asing.
sebuah kata biasa dengan 5 huruf. c, i, n, t, dan a.

terus.
ulangi terus. terus. terus.


terus.

terus.

terus.

uraikan.

pisahkan.

ucapkan.

ulangi.

terus.

pejamkan mata.


sudah lupa?

sudah merasa asing?


.....................


1:47.
Sunday, 17 July'11

.

Ada sebuah kritik yang mengatakan bahwa ukuran dan perspektif untuk melihat eksploitasi perempuan dalam layar kaca terlalu tunggal dan moralistik, tanpa memperhatikan bahwa semua yang dilakukan para bintang sebenarnya adalah bagian terpenting dari survival strategic di tengah problem struktural yang makin sulit ditembus.
- "Perempuan dalam Layar Kaca, Eksplorasi atau Eksploitasi", Majalah Srinthil -


Apa yang sebenarnya terjadi'? Eksploitasi serta perendahan terhadap harga diri perempuan atau degradasi moral perempuan? 
kaum feminis boleh meneriakkan bahwa wanita dieksploitasi di media massa, melalui iklan-iklan komersial yang menampilkan tubuh wanita hingga sinetron-sinetron beralur cerita dangkal yang merendahkan martabat kaum wanita sebagai kaum yang lemah dan tertindas. namun ada beberapa kritik yang berusaha melihat fenomena ini dari sudut pandang lain, bahwa selama perempuan tersebut menyadari kemolekan dirinya sebagai aset yang bisa ia jual, perempuan tidak tereksploitasi. selama ia sepenuhnya sadar dan mengambil keuntungan atas tubuhnya untuk dirinya sendiri, tidak ada eksploitasi di sana (Irawan Karseno, pengamat iklan dan pekerja seni).
benar yang terjadi itu eksploitasi? atau degradasi moral? baik dari pihak wanita, maupun masyarakat yang membentuk persepsi pada awalnya?
budaya patriarki di masyarakat pada umumnya masih melihat wanita sebagai kaum sub-ordinat yang terdominasi oleh kaum pria. tak jarang wanita dianggap sebagai obyek seksual belaka, dianggap sebagai kaum lemah yang tidak mampu mengerjakan pekerjaan pria sehingga tempatnya adalah di rumah atau di dapur, bahkan menurut pandangan yang lebih nyeleneh, tempatnya adalah di kasur. untuk memuaskan keinginan biologis pasangannya. 
pandangan seperti itu jelas-jelas suatu perendahan terhadap martabat kaum wanita. jelas-jelas eksploitasi terhadap harga diri wanita. 
however, ketika fenomena harga diri wanita ini dibawa ke layar kaca, yang terjadi malah fenomena yang lain lagi. fenomena yang berakar dari gabungan tuntutan atas kebutuhan hidup si perempuan, kepentingan kaum kapitalis maupun media massa, tuntutan dari masyarakat, serta tuduhan eksploitasi dari kaum feminis. bahwa perempuan di layar kaca sesungguhnya tidak sepenuhnya dieksploitasi, melainkan mereka sedang mencapai popularitas, membangkang (dalam artian positif) terhadap kungkungan nilai budaya, agama, serta kearifan lokal, dan survival strategic. 


maka kembali ke kritik di atas. selama wanita sepenuhnya sadar dan mengambil keuntungan atas tubuhnya untuk dirinya sendiri, tidak ada eksploitasi di sana
tampaknya para kaum feminis perlu belajar bahwa tidak ada yang mutlak dalam persaingan media massa dan periklanan. ranah layar kaca mungkin adalah sebuah dunia lain, dimensi lain dimana batasan moral serta tuntutan bertahan hidup melebur jadi satu.


tak ada yang mutlak. bahkan standar moral serta kebenaran itu sendiri pun tidak mutlak. 

Monday, May 16, 2011

dear boons

anyway. hanya mau mengingatkan. ingatkah kau tulisan di pojok kiri atas sana?

confiding place : a shoulder to cry on. a page to write on.

where else can i turn to?
setelah sebuah percakapan singkat yang emosional,
sesudah sehari penuh kesibukan dan ketegangan,

ijinkan saya melemparkan,
satu pertanyaan saja sebelum tidur.
pertanyaan retoris yang tidak saya harap jawabnya.


apa lagi yang bisa dilakukan selain bersikap kuat?

walaupun kuat itu sendiri semu dan tipu.

Monday, May 9, 2011

a hundred years

when you only got a hundred years to live.

dikurangi kemalasan untuk berolahraga.
dikurangi kebiasaan marah-marah.
dikurangi konsumsi makanan siap saji yang kadar berminyaknya tinggi.
dikurangi udara yang tidak sehat akibat kendaraan bermotor.
dikurangi kebiasaan melawan aturan alam dan menjadi makhluk nokturnal.

am i still sure i got a hundred years to live?
i will be lucky to ever pass 50.

ketika seratus tahun pun dianggap tidak cukup.
tidak cukup untuk mengejar cita-cita,
meraih pencapaian luar biasa dalam hidup,
membahagiakan orangtua,
membanggakan negara.
tidak cukup untuk mengejar cinta,
memahami makna rasa itu lebih dalam,
menemukan satu-satunya manifestasi nyata yang sejati dari rasa itu.
tidak cukup untuk mengenal diri sendiri lebih intim,
menjadi bahagia tanpa semu,
tidak cukup untuk hidup.

lalu bagaimana dengan 50 tahun?
jikalau 100 tahun saja tidak cukup?

*inspiration goes to Five for Fighting.

Monday, May 2, 2011

Oh, Misery, I have drunk thy cup of sorrow to its dregs, but I am still a rebel.
- Lucy Parsons