dunia yang kita jalani sekarang adalah dunia dimana seorang bocah laki-laki berumur 14 tahun telah mempunyai buku biografi yang merekam kehidupannya selama 14 tahun. sungguh banyak pengalaman bocah itu, sungguh lama ia telah hidup dan mengecap asam garam kehidupan. ya anda benar, saya sedang sarkastik.
dunia yang kita jalani sekarang adalah dunia dimana sekelompok orang berkeyakinan berbeda dapat diakhiri hidupnya dengan gampang oleh sekelompok orang lainnya. semua atas nama Tuhan, paling tidak itu yang mereka teriakkan saat darah muncrat mengenai wajah mereka.
dunia yang kita jalani sekarang adalah dunia yang setiap harinya mengalami gejolak pemberontakan. dimana orang-orang berambisi yang gila kekuasaan tetap berada di atas sementara yang mereka perintah berada di bawah kaki mereka.
dunia yang kita jalani sekarang adalah dunia yang melumrahkan para wakil rakyat tertidur atau bertengkar saat sedang menjalani sidang penting, seolah-olah gedung beratap hijau itu adalah gedung beratap warna-warni, lambang gedung sekolah Taman Kanak-Kanak.
dunia yang kita jalani sekarang adalah dunia yang memacu kita untuk tetap dapat menyeimbangkan kehidupan sosial kita, baik dunia maya maupun nyata, meskipun terkadang batasan antara keduanya semakin lebur dimakan egoisme temporal
dunia yang kita jalani semakin kekurangan. airnya, tumbuhannya, bahkan kekurangan moralnya. dunia yang kita jalani mungkin sedang mencari tahu siapa yang patut dipersalahkan, karena dunia tahu bahwa bukan mereka yang harus mengemban dosa.
dunia yang kita jalani kini bertanya-tanya, siapa sebenarnya yang dahulu menciptakan mereka, karena mereka tidak merasakan jamahanNya lagi akhir-akhir ini. dunia menghilang di antara pertigaan dosa, asa, rasa. atau Ia yang menghilang? dunia pun tidak tahu. dunia kecewa.
dunia yang kita jalani, yang sedari dulu tak berhenti berputar, memang masih berputar hingga sekarang. lelah mungkin ia, ingin cuti dari mengelilingi sang pusat tata surya. tapi dunia tahu, satu keputusan egoisnya dapat berdampak pada berjuta-juta umat. dunia tahu, begitu ia menapakkan kakinya ke tanah, sama saja ia mengakhiri hidup itu sendiri.
karena itu, dunia ini tetap berputar, memberi kesan normal. tapi kalau saja ada satu semutpun yang mau memperhatikan dengan baik, arahnya berantakan. kenyataan terdistorsi. yang penting dunia tetap berputar, peduli setan dengan orbit yang ada, rute yang ada.
dunia ini, dunia kita, sedang kehilangan arahnya.
saya di dalamnya pun begitu.
No comments:
Post a Comment