Konteks mengubah segalanya. Kalimat berikut "Saya tidak ke mana-mana" dapat berarti dua hal, tergantung konteks apa yang digunakan. "Saya tidak ke mana-mana" ketika diucapkan oleh seorang ibu kepada seorang anaknya yang ketakutan setelah menonton film horor dapat bermakna sangat positif. Sebuah kepastian. Penghiburan. Rasa aman. Di lain hal, ada "Saya tidak ke mana-mana" yang bila diterapkan dalam konteks seorang wartawan pemula yang berusaha sekeras mungkin dan ternyata usahanya tidak sebanding dengan harapan yang dibebankan padanya, maknanya berubah 360 derajat. "Saya tidak ke mana-mana" yang keluar sebagai ucapan nyaris putus asa, karena, setelah nyaris 8 bulan berkecimpung dalam pekerjaan rawan stress ini, dalam 3 minggu terakhir, dia benar-benar tidak ke mana-mana. Dia ke berbagai tempat, memang. Secara fisik. Tapi secara substansi, dia tidak ke mana-mana. Kalau dunia akan dihantam meteor besar dan hanya ada kursi untuk lima orang di roket besar buatan Amerika Serikat, Rusia, dan Cina, dia tidak akan masuk hitungan. Bahkan kalau kursi yang tersisa ada 50 pun, dia akan ditinggal.
Karena dia tidak ke mana-mana. Dia terus melakukan kesalahan dan kebodohan yang sama. Terus-menerus di titik yang sama. Sampai bumi meledak dihantam meteor pun, dia tidak akan ke mana-mana.